Berita Terkini

Cuaca Ekstrem, Produksi dan Harga Jagung di Pekalongan Diprediksi Terdampak

PEKALONGAN, Kabarhariini.id – Curah hujan tinggi yang melanda wilayah Kabupaten Pekalongan dan sekitarnya berdampak signifikan terhadap sektor pertanian, khususnya bagi petani jagung. Banyak petani mengalami kesulitan memulai proses tanam, akibat tanah yang terlalu basah dan sulit dibajak.

Handono Warih, konsultan pertanian dari DeRuci Agriculture, menjelaskan bahwa kondisi tanah yang jenuh air berpotensi menghambat pertumbuhan benih jagung. 

“Banyak petani yang menunda tanam karena khawatir bibit jagung tidak tumbuh optimal. Intensitas hujan yang tinggi bisa menyebabkan bibit menguning atau bahkan busuk akibat kelebihan air,” ujarnya saat ditemui pada Kamis, 6 Februari 2025.

Menurutnya, cuaca ekstrem juga berdampak pada peningkatan biaya produksi. Petani yang tetap menanam di tengah kondisi ini harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk perawatan tanaman agar hasil panennya tetap maksimal. 

“Bagi petani yang modalnya terbatas, ini menjadi tantangan besar. Produksi bisa turun karena biaya perawatan meningkat,” tambahnya.

Selain itu, Handono memperkirakan produksi jagung pada kuartal pertama 2025 akan mengalami sedikit penurunan. Petani yang mulai menanam sejak Januari dan Februari cenderung menunda proses produksi karena kondisi lahan yang kurang mendukung. 

“Kecuali petani yang sudah menanam sejak Desember, mereka tinggal menunggu panen. Namun, untuk Januari dan Februari ini jumlah petani yang menanam diperkirakan berkurang,” jelasnya.

Penurunan produksi ini juga berpotensi memengaruhi harga jagung di pasaran. 

“Kemungkinan harga jagung pipil di tingkat tengkulak akan naik sekitar Rp500 per kilogram. Selain itu, kadar air jagung hasil panen juga bisa lebih tinggi, yang memengaruhi kualitasnya,” ungkap Handono.

Dampak lain dari kenaikan harga jagung juga dirasakan oleh industri pakan ternak. Produsen besar mungkin tidak terlalu terdampak karena telah memiliki strategi perdagangan tahunan, namun produsen kecil yang membeli bahan baku secara eceran diperkirakan akan mengalami lonjakan harga.

Handono menyarankan para petani untuk meningkatkan kewaspadaan dan perhatian terhadap tanaman mereka. 

“Petani sebaiknya meningkatkan pemberian nutrisi, vaksin alami, serta menggunakan hormon perangsang tumbuh agar tanaman tetap stabil. Dengan begitu, dampak cuaca ekstrem bisa diminimalkan,” pungkasnya.

Sementara itu, Mandra, seorang pemilik traktor dan penyedia jasa olah lahan, juga mengungkapkan kesulitan yang dihadapi petani dalam membuka lahan baru. 

“Tanah yang terlalu basah membuat traktor sulit beroperasi. Otomatis, pembukaan lahan di awal tahun ini mengalami keterlambatan,” katanya. (Lingkar Network | Fahri Akbar – Kabarhariini.id)

Artikel Terkait

Back to top button