Terdampak Tarif Impor AS, Mas Wiwit Ajak Eksportir Furnitur Jepara Jajaki Pasar Baru

JEPARA, Kabarhariini.id – Kebijakan baru yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, berupa tarif resiprokal sebesar 32 persen terhadap produk furniture mulai memberikan dampak signifikan kepada para eksportir asal Kabupaten Jepara. Salah satunya ialah PT Raisa Furniture, yang terpaksa harus menunda pengiriman dua dari tiga kontainer yang sudah siap untuk diekspor ke pasar AS.
Manajer Marketing PT Raisa Furniture, Hadiyatu Nasiah menjelaskan bahwa setiap tahunnya perusahaan ini mengirim sekitar 12 kontainer berisi beragam produk furnitur, termasuk almari, meja, dan kursi, dengan nilai ekspor antara 20 ribu hingga 30 ribu USD per kontainernya. Namun, setelah kebijakan tarif baru diterapkan, mereka merasakan penurunan permintaan.
“Hampir dua minggu setelah lebaran, kami belum menerima order baru dari importir di AS,” kata Hadiyatu.
Meskipun sebelumnya prospek pasar terlihat menjanjikan, terutama setelah kebakaran hebat di Los Angeles, kondisi ini berubah drastis dengan adanya kebijakan tarif yang baru. Hadiyatu menambahkan jika penjualan ke AS menyumbang sekitar 20 persen dari total nilai ekspor furniture perusahaan, sehingga dampak dari kebijakan ini sangat dirasakan.
Berdasarkan data ekspor dari Jepara, pada tahun 2024, terdapat 298 eksportir yang beroperasi, dengan total nilai ekspor mencapai 589,58 juta USD.
Ngeri! Tarif Trump Bikin Industri Furnitur Jepara Terancam Gulung Tikar, Pelaku Usaha Butuh Solusi
Menanggapi hal tersebut, Bupati Jepara, Witiarso Utomo menyatakan bahwa pihaknya akan segera berkomunikasi dengan para pelaku usaha untuk mengevaluasi dampak kebijakan tarif tersebut dan mencari alternatif pasar ekspor lain. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga daya saing produk furniture Jepara di tengah perang dagang yang semakin memanas antara AS dan China.
“Kami akan berupaya untuk menemukan strategi yang tepat agar para eksportir dapat terus beroperasi dan bersaing,” kata Mas Wiwit sapaan akrabnya.
Optimisme tetap terjaga di kalangan pelaku industri, meskipun tantangan baru muncul. Menurut Mas Wiwit, tarif 32 persen yang dikenakan pada produk furniture Jepara masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara lain seperti Vietnam, yang tarifnya mencapai 40 persen.
“Kami percaya bahwa produk kami masih memiliki daya saing di pasar internasional,” tambahnya.
Selain AS, jika dilihat dari data, ada beberapa negara yang selama ini menjadi jujugan ekspor meubel asal Jepara, diantaranya Belgia, Inggris, Korea Selatan, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Australia dan lainnya.
Dengan langkah-langkah proaktif dan evaluasi yang tepat, diharapkan industri furnitur Jepara dapat beradaptasi dan terus berkembang meskipun dalam kondisi yang sulit. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Kabarhariini.id)