Berita TerkiniPemerintahan

Petani di Jateng Diimbau Panen Lebih Awal Antisipasi Kerugian Akibat Cuaca Ekstrem

SEMARANG, Kabarhariini.id – Sejumlah petani di kawasan lumbung padi Jawa Tengah diimbau untuk melakukan panen lebih awal guna mengantisipasi potensi kerugian akibat cuaca ekstrem yang tengah melanda wilayah tersebut.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang memperingatkan bahwa intensitas curah hujan yang tinggi dengan durasi panjang masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah, khususnya di Pantai Utara (Pantura) dan kawasan Pantai Selatan (Pansela) Jawa Tengah.

Koordinator Bidang Informasi dan Observasi Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Giyarto, menyatakan bahwa pengaturan irigasi menjadi faktor penting dalam menghadapi kondisi cuaca saat ini.

“Untuk suplai air pada lahan padi di saat hujan lebat memang cukup bagus. Tetapi yang perlu diwaspadai adalah pengaturan irigasinya. Cuaca ekstrem ini sedikit banyak berpengaruh di sektor pertanian,” ujar Giyarto, Minggu, 2 Februari 2025.

Ia menambahkan, kawasan Pantura diperkirakan masih akan diguyur hujan dengan durasi lama, sedangkan wilayah Pansela berisiko mengalami hujan lebat dengan siklus berulang.

“Kami menyarankan agar para petani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) mengupayakan panen lebih awal supaya tidak menimbulkan kerugian akibat hujan lebat,” lanjutnya.

Selain itu, Giyarto juga mengingatkan para petani di areal kebun untuk lebih berhati-hati, mengingat tanah yang gembur akibat hujan dapat meningkatkan risiko longsor dan kerusakan tanaman.

“Kalau ada potensi hujan dengan intensitas lebat, sebaiknya aktivitas di kebun ditunda,” tegasnya.

Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Tengah, Herawati, turut memberikan imbauan kepada para petani untuk memaksimalkan normalisasi saluran irigasi sebagai langkah pencegahan banjir.

“Petani juga perlu merencanakan dan mempersiapkan sarana panen darurat bagi lahan yang sudah siap panen tetapi berpotensi terendam banjir,” katanya.

Herawati menekankan pentingnya kolaborasi antara petani, Gapoktan, dan pemerintah daerah dalam menghadapi potensi bencana ini.

“Langkah-langkah antisipasi harus dilakukan secara terencana agar dampak cuaca ekstrem dapat diminimalisir,” tambahnya.

Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, menyoroti risiko tinggi di area pertanian yang berada di daerah cekungan. Menurutnya, petani harus rutin memeriksa kondisi tanggul dan parit yang rawan jebol.

“Aliran air harus diperlancar untuk mengurangi risiko banjir. Kondisi tanggul yang rawan jebol perlu diawasi secara ketat,” ujar Bergas.

Ia juga menganjurkan agar petani mempertimbangkan asuransi untuk melindungi bibit dan hasil pertanian mereka.

“Sama seperti imbauan BMKG, kami mendorong petani untuk segera memanen padi lebih awal meskipun hasilnya tidak maksimal. Ini penting agar petani memahami risiko bencana yang dihadapi,” katanya.

Bergas menambahkan bahwa lahan di daerah cekungan rendah sangat rentan terhadap genangan air yang dapat menyebabkan padi membusuk.

“Kami dorong petani bersama Gapoktan untuk berkoordinasi dengan pemerintah terkait solusi jangka pendek seperti memompa luapan air banjir,” tutupnya.

Dengan adanya imbauan ini, diharapkan para petani di Jawa Tengah dapat mengambil langkah cepat dan tepat untuk mengurangi risiko kerugian akibat cuaca ekstrem yang masih berpotensi berlangsung dalam waktu dekat.(Lingkar Network | Rizky Syahrul – Kabarhariini.id)

Artikel Terkait

Back to top button