Berita TerkiniBisnis

Tren Online Shop Bikin Pasar Tradisional di Blora Makin Sepi, Banyak Lapak Kosong

BLORA, Kabarhariini.id – Makin maraknya pasar online, membuat pasar tradisional di Blora sepi. Beberapa pasar merasakan dampak dari banyaknya aplikasi online yang menjelma menjadi pasar maya.

Salah seorang penjual pakaian di Pasar Daerah Randublatung, Kristianti, mengatakan, saat ini jumlah pembeli semakin menurun drastis akibat banyak toko online.

“Penurunannya bisa mencapai 90 persen, bahkan lebih,” ujarnya, Kamis, 30 Januari 2025.

Ia mengaku dalam sehari untuk menjual satu stel baju terasa berat sekali. Jika ada pembeli mereka sering membandingkan dengan harga di online.

“Dalam sehari untuk mencari untung Rp 20 ribu saja susah. Tak jarang bahkan tidak mendapatkan sama sekali,” jelasnya.

Selain Pasar Randublatung, Pasar Sido Makmur Blora juga mengalami nasib serupa. Pasar ini justru semakin jelas imbasnya. Diketahui, sejumlah pedagang terpaksa menutup kios dan los.

Dari pantauan lapangan, di blok A saja, ada 20 kios lebih yang terpaksa ditutup pedagang karena omzetnya menurun drastis. Pada kios dan los yang tutup itu kemudian beberapa ditempeli peringatan dari Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Dindagkop UKM). Tempelan itu bertuliskan kios atau los ini dalam pengawasan Dindagkop UKM Kabupaten Blora. 

Kepala Pasar Sido Makmur, Suno, menjelaskan pasar yang terdiri dari lima blok itu, berkapasitas bisa menampung 2.000 lebih pedagang. Sayang kini, ada puluhan kios/los kosong.

“Kondisinya pasar agak sepi. Jadi pedagang mengeluh. Sebagian gak jualan,” katanya baru-baru ini. 

Ia akui tak tahu angka pasti berapa kios dan los yang kosong. Hanya ia menyebut puluhan namun tak sampai ratusan. Menurutnya, kondisi tersebut lantaran beberapa hal. Pertama, karena pasar tersebut baru, yakni pindahan dari yang semula di sebelah selatan alun-alun.

“Jadi gak mudah kalau pasar baru itu,” imbuhnya. 

Faktor berikutnya yakni maraknya online shop. Sehingga merubah aktivitas jual beli yang tak selalu pergi ke pasar tradisional dan konvensional.

“Indikasi terjadinya kondisi banyak jualan online, ini jadi salah satu pemicu,” paparnya. 

Kosongnya puluhan kios dan los itu menurutnya lantaran pedagang yang tak jualan, sehingga tak membayar retribusi. Meski mereka sudah tercatat di sistem.

“Sehingga capaian retribusi hanya mampu 50 persen dari target,” imbuhnya. 

Beberapa cara sebenarnya sudah ditempuh. Seperti membuat acara-acara di pasar. Terutama dilakukan para paguyuban. Seperti bekerjasama dengan pihak lain, dari perbankan, dealer hingga perusahaan makanan. 

“Sudah ada promo, event dan lain-lain. Namun belum maksimal,” jelasnya. (Lingkar Network | Hanafi – Kabarhariini.id)

Artikel Terkait

Back to top button