TNI pastikan prajuritnya di Lebanon aman dan bertugas seperti biasa
Jakarta (ANTARA) – Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Hariyanto memastikan seluruh prajurit TNI yang saat ini bertugas bersama pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) dalam keadaan aman dan tetap bertugas seperti biasa.
Beberapa daerah di Lebanon, khususnya di sekitar Markas UNIFIL dekat Blue Line, Lebanon Selatan, dan di ibu kota Lebanon di Beirut, menjadi sasaran serangan udara dan invasi darat militer Israel (IDF) sejak awal Oktober 2024.
“Seluruh pasukan TNI yang saat ini sedang bertugas di Lebanon Selatan dalam keadaan aman, melakukan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh komandan pasukan UNIFIL,” kata Mayjen Hariyanto saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Dalam kesempatan yang sama, dia juga kembali menyebut kondisi dua prajurit TNI yang sempat terluka akibat serangan militer Israel ke arah Markas UNIFIL di Naqoura juga sudah membaik. Keduanya mengalami luka ringan.
“Keduanya merupakan bagian dari pasukan perdamaian PBB (UNIFIL) yang bertugas di bawah mandat (Dewan Keamanan) PBB Nomor 1701,” kata Kapuspen TNI.
Terkait dengan insiden terlukanya dua prajurit TNI akibat serangan Israel, Kapuspen mengatakan bahwa UNIFIL telah mengeluarkan pernyataan resmi yang pada intinya meminta seluruh pihak menahan diri, menghormati, dan menjamin keamanan seluruh pasukan perdamaian PBB di Lebanon.
Lebih dari 1.000 prajurit TNI saat ini tersebar di beberapa daerah di Lebanon untuk melaksanakan misi perdamaian bersama UNIFIL.
Mereka bertugas di berbagai satuan UNIFIL, di antaranya Maritime Task Force (MTF), Satgas Batalyon Mekanis TNI (INDOBATT), Satgas Pendukung Markas/Force Headquarter Support Unit (FHQSU), Satgas Indo Force Protection Company (FPC), Satgas Koordinasi Sipil-Militer/Civilian Military Coordination (CIMIC) TNI, Satgas Military Community Outreach Unit (MCOU), dan Satgas Level 2 Hospital.
Sebagian besar prajurit TNI yang tergabung dalam UNIFIL beroperasi di darat, sedangkan Satgas MTF menjalankan tugasnya di laut.
Militer Israel pada awal bulan ini sempat meminta pasukan perdamaian PBB di Lebanon untuk mengosongkan markas-markas mereka di Lebanon Selatan. Israel berdalih peringatan itu untuk menjaga keselamatan mereka dari aksi saling serang antara IDF dan Hizbullah.
Namun, PBB menolak tuntutan Israel itu, dan menyatakan pasukan perdamaiannya di Lebanon tetap dalam posisinya, dan seluruh bentuk serangan yang menargetkan pasukan perdamaian PBB merupakan pelanggaran terhadap mandat Dewan Keamanan PBB Nomor 1701.
Walaupun demikian, militer Israel, menurut pernyataan resmi UNIFIL, mengabaikan mandat DK PBB 1701 itu dan terus menargetkan markas-markas pasukan perdamaian PBB, termasuk yang terbaru militer Israel menyerang markas UNIFIL di Naqoura dan di Labbouneh.
“Markas UNIFIL di Naqoura pagi ini terdampak ledakan untuk kedua kalinya dalam 48 jam terakhir. Dua prajurit dari pasukan perdamaian terluka akibat bom meledak dekat menara pengamatan. […] Hari ini, beberapa dinding pembatas (T-wall) yang merupakan posisi jaga pasukan perdamaian PBB 1-31 dekat Blue Line di Labbouneh runtuh akibat bulldozer IDF melewati batas perimeter, dan tank-tank IDF bergerak maju mendekat ke arah posisi jaga pasukan perdamaian PBB. Pasukan kami tetap berjaga di posisinya, dan pasukan reaksi cepat UNIFIL telah dikerahkan untuk membantu mereka,” demikian siaran resmi UNIFIL yang diakses di Jakarta, Jumat.